PEMANFAATAN PLASMA NUTFAH MELALUI BIOTEKNOLOGI
DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN
Kartika Adiwilaga dan Siswanthi Hidayat
(Bagian Bioteknologi PT Monagro Kimia)
Aplikasi bioteknologi dalam industri pertanian memungkinkan pemanfaatan gen-gen dari plasma nutfah yang sebelumnya tidak dapat dimanfaatkan melalui pemuliaan tanaman secara konvensional. Tanaman transgenik merupakan hasil pemanfaatan plasma nutfah melalui bioteknologi yang dapat menghasilkan varietas unggul seperti varietas yang tahan terhadap hama, penyakit dan gulma maupun cekaman lingkungan seperti kekeringan dan salinitas. Program pemanfaatan plasma nutfah di negara-negara seperti India dan Costa Rica ditujukan pada pemanfaatan plasma nutfah asli negara-negara tersebut untuk memperbaiki tanaman pertanian dengan menggunakan karakterisasi molekuler plasma nutfah yang merupakan sumber gen dan penyisipan gen berguna pada varietas tanaman dengan rekayasa genetika. Tanaman transgenik yang saat ini telah dikembangkan untuk tujuan komersil sebelumnya telah melalui pengujian keamanan hayati dan keamanan pangan sehingga dinyatakan aman terhadap lingkungan dan aman untuk dikonsumsi.
PENDAHULUAN
Kekayaan plasma nutfah yang terdapat di alam memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam industri pertanian. Oleh sebab itu saat ini plasma nutfah banyak dikaji dan dikoleksi dalam rangka meningkatkan produksi pertanian dan penyediaan pangan. Hal ini dilakukan karena plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma, dan juga gen untuk ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik yang kurang menguntungkan seperti kekeringan. Selain dari itu plasma nutfah juga merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hasil tanaman seperti kandungan nutrisi yang lebih baik.
Peningkatan produktivitas pertanian telah dilakukan melalui pembuatan varietas unggul hasil pemuliaan tanaman konvensional. Namun pemuliaan tanaman konvensional yang dilakukan dengan memindahsilangkan berbagai variasi tanaman melalui proses penyerbukan memiliki keterbatasan dalam mendapatkan gen-gen yang dikehendaki. Hanya gen-gen yang berasal dari tanaman yang berkerabat dekat dan kompatibel secara seksual (sexually compatible) yang dapat dimanfaatkan. Gen yang dapat dimanfaatkan hanya terbatas pada sekelompok kecil variasi genetik. Selain itu pada pemuliaan tanaman konvensional terjadi penggabungan seluruh genom dari tanaman yang dikawinkan sehingga gen yang tidak diinginkan dapat ikut terbawa dan membutuhkan waktu yang panjang untuk menghilangkan gen gen yang tidak diinginkan.
Di lain pihak, bioteknologi dapat memanfaatkan semua gen dari organisme hidup tanpa ada batasan taksonomi. Hal ini disebabkan karena transfer gen pada bioteknologi tidak dilakukan dengan melalui penyerbukan silang. Bioteknologi memiliki peluang untuk mengakses kekayaan plasma nutfah yang tidak dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman secara konvensional. Sehingga bioteknologi diharapkan dapat digunakan sebagai pelengkap pemuliaan tanaman konvensional.
Tanaman transgenik merupakan hasil pemanfaatan plasma nutfah melalui bioteknologi. Saat ini lebih dari 70 varietas tanaman transgenik telah terdaftar dan dikomersialisasi secara luas di dunia. Menurut data dari ISAAA, hampir 54% dari tanaman transgenik di dunia merupakan kedelai transgenik, 28% merupakan jagung transgenik, 9% kapas transgenik dan lainnya. Pemanfaatan plasma nutfah melalui bioteknologi dalam industri pertanian Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan industri pertanian. Penggunaan bioteknologi dibutuhkan untuk pemanfaatan plasma nutfah dalam pertanian secara luas.
Di bawah ini diuraikan beberapa contoh pemanfaatan plasma nutfah untuk menanggulangi masalah-masalah pertanian.
1. Tanaman transgenik tahan terhadap garam di India Dalam rangka memperluas area pertanian di daerah pesisir pantai, saat ini di India telah dikembangkan varietas tanaman padi dan varietas tanaman lainnya yang tahan terhadap garam (salinitas). Organisme donor yang memberikan ketahanan terhadap garam adalah tanaman mangrove dari famili Rhizophoraceae. Gen yang toleran terhadap kadar garam tinggi dari tanaman mangrove dipindahkan ke dalam tanaman padi maupun tembakau, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik di daerah pesisir pantai.
2. Program Bioteknologi Padi di Costa Rica
Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi oleh lebih dari setengah jumlah penduduk dunia. Di Costa Rica seperti juga di Indonesia konsumsi beras per kapita cukup tinggi sehingga diperlukan produksi padi yang tinggi. Namun demikian karena sempitnya dasar genetika (narrow genetic base) varietas-varietas padi yang dibudi dayakan, maka varietas-varietas tersebut menjadi rentan terhadap hama belalang, virus hoja blanca (RHBV, rice hoja blanca virus, jamur padi Magnaporthe grisea, juga cekaman lingkungan abiotik. Karena tidak adanya varietas yang resisten terhadap cekaman-cekaman tersebut maka penggunaan insektisida dan fungisida telah meningkatkan biaya budi daya padi yang menyebabkan budi daya padi di Costa Rica menjadi tidak kompetitif dibanding pasar internasional dan juga hasil yang rendah yang menjadikan Costa Rica tergantung pada beras impor. Untuk mengurangi penghambat produksi padi di Costa Rica seperti di atas, Program Bioteknologi Padi (Rice Biotechnology Program) menggunakan pendekatan bioteknologi dalam memanfaatkan plasma nutfah untuk memperbaiki varietas padi yang ada. Strategi yang digunakan adalah mengkarakterisasi secara molekuler plasma nutfah padi liar yang ada di Costa Rica yang mungkin memiliki kumpulan gen untuk perbaikan sifat-sifat agronomis.
Selain itu, pendekatan bioprospeksi untuk gen-gen bakteri yang memiliki aktivitas sebagai insektisida yang diisolasi dari berbagai mikroba seperti Bacillus thuringiensis, Photorhabdus spp dan Xenorhabdus spp. Gen-gen yang telah diisolasi dapat disisipkan pada genom padi secara rekayasa genetika. Juga telah dilakukan karakterisasi genetika baik pada padi liar maupun padi hasil budi daya untuk menentukan sumber resistensi pada Magnaporthe grisea.
Transformasi yang pertama kali dilakukan adalah untuk membuat kultivar tahan terhadap RHBV dengan
menggunakan gen coat protein dari virus dan versi modifikasi dari gen tersebut yang apabila diekspresikan pada tanaman akan menginduksi ketahanan atau resistensi terhadap virus. Upaya untuk membuat tanaman tahan terhadap belalang yang merupakan vektor dari RHBV dilakukan dengan menyisipkan gen lectin. Diharapkan didapat tanaman yang memiliki dua tingkat resistensi yaitu tahan terhadap virus dan vektornya. Selain dari hal tersebut, beberapa gen juga telah ditransfer pada kultivar padi yaitu gen ketahanan terhadap blast Xanthomonas oryzae, dan proteinase inhibitor untuk ketahanan terhadap serangga. Demikian juga gen-gen untuk ketahanan terhadap kekeringan dan salinitas akan disisipkan kepada padi.
Upaya juga dilakukan untuk mengkarakterisasi gene pool padi liar untuk meningkatkan hasil. Penyilangan
interspesifik antara padi liar O. rufopogon telah meningkatkan hasil sampai 20%. Juga gen Xa21 dari O.
longistaminata telah di klon dan diintroduksikan pada genom padi dan meningkatkan ketahanan pada Xanthomonas oryzae.
Penelitian pada Program Bioteknologi Padi Costa Rica juga meliputi penelitian untuk mengidentifikasi, dan
mengkarakterisasi secara molekuler kerabat dekat padi yang asli dari Costa Rica. Tiga populasi dari empat populasi padi asli Amerika Selatan dijumpai tumbuh di Costa Rica yaitu Oryza latifolia, O. grandiglumis, O. glumaepatula.
Selain itu dua jenis kerabat padi yang bukan asli Amerika Selatan dan telah dianggap sebagai gulma di Costa Rica seperti Oryza rufipogon dan O. glaberrima juga kemungkinan mengandung sumber genetik yang berguna untuk perbaikan tanaman padi.
Oryza latifolia adalah spesies padi tetraploid dengan genom CCDD. Beberapa tanaman dari spesies ini diketahui mengandung sifat-sifat agronomis yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti ketahanan terhadap kekeringan dan salinitas, dan pembungaan yang lebih awal.
O. grandiglumis adalah kerabat padi yang paling banyak dimanfaatkan untuk perbaikan tanaman karena diyakini memiliki gen ketahanan terhadap M. grisea.
3. Tanaman tahan serangga
Tanaman tahan serangga merupakan hasil penyisipan gen Bacillus thuringiensis (Bt) yang diketahui bersifat sebagai insektisida alami ke dalam tanaman pertanian. Bt memiliki kemampuan untuk menghancurkan dinding pencernaan jenis serangga Lepidoptera dan aman terhadap serangga lainnya, burung, mamalia dan manusia. Saat ini telah di budidayakan tanaman jagung, kapas, kedelai, kentang dan berbagai jenis tanaman hortikultura yang mengandung gen Bt. Selain itu juga penelitian sedang dikembangkan untuk mendapatkan tanaman padi dan berbagai tanaman keras yang mengandung gen Bt.
4. Tanaman transgenik dengan gen perlindungan terhadap gulma
Pengendalian gulma dalam pertanian merupakan salah satu cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Gulma bersaing dengan tanaman pertanian untuk mendapatkan air, nutrisi, dan cahaya matahari. Selain itu gulma merupakan tempat dari sumber penyakit dan sarang dari hama tanaman. Penggunaan herbisida telah digunakan dan sangat efektif dalam mengendalikan gulma. Gen ketahanan terhadap herbisida glifosat dan glufosinat telah dikarakterisasi dan gen-gen tersebut telah disisipkan pada berbagai tanaman budi daya seperti kedelai, jagung, kapas, dan padi.
Analisa keamanan tanaman transgenik Sebelum suatu tanaman transgenik dapat dikomersialisasikan, tanaman-tanaman tersebut harus terlebih dahulu dikaji keamanan hayatinya dengan menggunakan pedoman pengkajian yang telah diakui oleh badan-badan independen seperti Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Food and Health Organization (FAO) dan World and Health Organization (WHO) dari PBB serta International Life Science Institute (ILSI).
Kajian untuk keamanan lingkungan tanaman transgenik meliputi ketahanan terhadap hama dan penyakit, kemungkinan terjadinya persilangan dengan kerabat liarnya, kemungkinan untuk menjadi lebih agresif dan kompetitif di alam dibandingkan dengan tanaman konvensional serta dampaknya terhadap organisme non target. Kajian untuk keamanan pangan tanaman transgenik meliputi analisa toksisitas, makromolekul yang dapat menyebabkan alergi dan kandungan nutrisi. Kriteria tersebut di atas ditujukan untuk mengetahui apakah tanaman transgenik memiliki kesepadanan substansial dengan tanaman konvensional.
KESIMPULAN
1. Aplikasi bioteknologi dalam industri pertanian memungkinkan pemanfaatan gen-gen dari plasma nutfah yang sebelumnya tidak dapat dimanfaatkan melalui pemuliaan tanaman secara konvensional. Gen-gen dari tanaman yang tidak dapat di pindah silangkan telah disisipkan pada tanaman budi daya dan menjadi sumber ketahanan untuk berbagai hama dan penyakit serta cekaman lingkungan seperti kekeringan dan salinitas.
2. Program pemanfaatan plasma nutfah di negara-negara seperti India dan Costa Rica ditujukan pada pemanfaatan plasma nutfah asli negara-negara tersebut untuk memperbaiki tanaman pertanian dengan menggunakan karakterisasi molekuler plasma nutfah yang merupakan sumber gen dan penyisipan gen berguna pada varietas tanaman dengan rekayasa genetika. Di India telah dimanfaatkan gen ketahanan terhadap garam dari famili Rhizophoraceae untuk membuat tanaman padi maupun tembakau dapat tumbuh dengan baik di daerah pesisir pantai. Di Costa Rica telah dilakukan berbagai penelitian untuk meningkatkan produktivitas padi seperti padi tahan belalang dan virus hoja blanca (RHBV, rice hoja blanca virus), jamur padi Magnaporthe grisea, juga cekaman lingkungan abiotik.
3. Tanaman transgenik yang saat ini telah dikembangkan untuk tujuan komersil sebelumnya telah melalui pengujian keamanan hayati dan keamanan pangan sehingga dinyatakan aman terhadap lingkungan dan aman untuk dikonsumsi.Demikian diungkapkan Wakil Gubernur Kalbar, Drs Laurentius Herman Kadir, pada Acara Panen Padi di desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak.
"Provinsi Kalbar dalam upaya meningkatkan ketersediaan pangan telah melakukan upaya melalui Gerakan Satu Juta Ton Beras yang diharapkan dapat tercapai Tahun 2009 dengan fokus peningkatan mutu dan pendapatan petani," papar LH Kadir.
Menurutnya, upaya peningkatan produksi padi sejalan dengan program Pemerintah Pusat, khususnya dalam Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Khusus untuk Kabupaten Pontianak, pencapaian produksi padi tahun 2005 sejumlah 155.086 ton, juga meningkat menjadi 220.698 ton tahun 2006 atau meningkat sebesar 42,31 persen.
Adapun untuk Kecamatan Siantan, khusus Desa Wajok hilir juga telah memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi padi. Pada tahun 2006, berdasarkan Angka Tetap telah melakukan Panen seluas 6.450 hektar dengan produksi 21.708 ton Gabah Kering Giling. Rata-rata produksi yang dicapai adalah 33,66 kuintal/hektar. "Produksi gabah tersebut jika kita jadikan beras adalah setara 12.253 ton," ungkapnya.
Dia melanjutkan, dengan jumlah penduduk Kecamatan Siantan Tahun 2006 sejumlah 60.232 jiwa dan konsumsi beras 139,15 kilogram per orang per tahun, maka kebutuhan beras masyarakatnya adalah sebanyak 8.381 ton. Dari hasil panen gabah dan kebutuhan beras tersebut, artinya petani Kecamatan Siantan telah menyumbang klebihan beras sebanyak 3.871 ton.
"Kita harapkan bersama, pada tahun 2007 ini Kecamatan Siantan dan masyarakat Wajok Hilir kembali lebih mampu meningkatkan produktivitasnya atau paling tidak mempertahankan apa yang telah dicapai," imbuhnya.
Sementara Kepala Desa Wajok Hilir, Usman Kutana, menyebutkan di musim Gaduh tahun ini di desa Wajok Hilir telah tersalur benih bantuan pemerintah melalui Satgas Sang Hyang Sri sebanyak 9.370 kilogram untuk 374,8 hektar. Namun, sejak awal sampai pada pertumbuhan vegetatif, tanaman selalu tidak putus-putusnya terkendala dengan kondisi alam, baik banjir karena hujan, kekeringan silih berganti, dan tidak ketinggalan dengan serangan rombongan tikus. "Namun, sekitar 70 sampai 80 persen bisa terselamatkan," ujarnya.
Panen padi tersebut dihadiri pula oleh Asisten Administrasi dan Umum Prov Kalbar, Drs Kamaruzzaman MM; Kepala Dinas Peternakan, drh Abdul Manaf Mustafa; Kepala Perindustrian dan Perdagangan, Dra Ida Kartini, MSi; Kepala BKIKD, Drs Herry Djaung; Camat Kecamatan Siantan, Mohammad Shaleh; Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Pontianak, Rahmad Satria; Ketua DPD PBR, It Luthfi A Hadi.
Demikian diungkapkan Wakil Gubernur Kalbar, Drs Laurentius Herman Kadir, pada Acara Panen Padi di desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak.
"Provinsi Kalbar dalam upaya meningkatkan ketersediaan pangan telah melakukan upaya melalui Gerakan Satu Juta Ton Beras yang diharapkan dapat tercapai Tahun 2009 dengan fokus peningkatan mutu dan pendapatan petani," papar LH Kadir.
Menurutnya, upaya peningkatan produksi padi sejalan dengan program Pemerintah Pusat, khususnya dalam Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Khusus untuk Kabupaten Pontianak, pencapaian produksi padi tahun 2005 sejumlah 155.086 ton, juga meningkat menjadi 220.698 ton tahun 2006 atau meningkat sebesar 42,31 persen.
Adapun untuk Kecamatan Siantan, khusus Desa Wajok hilir juga telah memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi padi. Pada tahun 2006, berdasarkan Angka Tetap telah melakukan Panen seluas 6.450 hektar dengan produksi 21.708 ton Gabah Kering Giling. Rata-rata produksi yang dicapai adalah 33,66 kuintal/hektar. "Produksi gabah tersebut jika kita jadikan beras adalah setara 12.253 ton," ungkapnya.
Dia melanjutkan, dengan jumlah penduduk Kecamatan Siantan Tahun 2006 sejumlah 60.232 jiwa dan konsumsi beras 139,15 kilogram per orang per tahun, maka kebutuhan beras masyarakatnya adalah sebanyak 8.381 ton. Dari hasil panen gabah dan kebutuhan beras tersebut, artinya petani Kecamatan Siantan telah menyumbang klebihan beras sebanyak 3.871 ton.
"Kita harapkan bersama, pada tahun 2007 ini Kecamatan Siantan dan masyarakat Wajok Hilir kembali lebih mampu meningkatkan produktivitasnya atau paling tidak mempertahankan apa yang telah dicapai," imbuhnya.
Sementara Kepala Desa Wajok Hilir, Usman Kutana, menyebutkan di musim Gaduh tahun ini di desa Wajok Hilir telah tersalur benih bantuan pemerintah melalui Satgas Sang Hyang Sri sebanyak 9.370 kilogram untuk 374,8 hektar. Namun, sejak awal sampai pada pertumbuhan vegetatif, tanaman selalu tidak putus-putusnya terkendala dengan kondisi alam, baik banjir karena hujan, kekeringan silih berganti, dan tidak ketinggalan dengan serangan rombongan tikus. "Namun, sekitar 70 sampai 80 persen bisa terselamatkan," ujarnya.
Panen padi tersebut dihadiri pula oleh Asisten Administrasi dan Umum Prov Kalbar, Drs Kamaruzzaman MM; Kepala Dinas Peternakan, drh Abdul Manaf Mustafa; Kepala Perindustrian dan Perdagangan, Dra Ida Kartini, MSi; Kepala BKIKD, Drs Herry Djaung; Camat Kecamatan Siantan, Mohammad Shaleh; Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Pontianak, Rahmad Satria; Ketua DPD PBR, It Luthfi A Hadi.
Pendahuluan
Ketahanan pangan merupakan hak setiap manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan akan pangan untuk keluarga setiap masyarakat. Pangan yang cukupa kan mampu memberikan keamanan bago masyarakat baik dalam arti sempit maupun diterjemahkan dalam arti yang luas.
Ketahanan pangan harus diprioritaskan dan harus dijadikan sebagai gerakan program nasional. Kemandirian pangan harus diciptakan dari lapisan yang paling bawah sampai kelapisan yang paling tinggi sehingga persoalan kekurangan pangan dapat dihindarkan karena dengan tidak terpenuhinya kebutuhan pangan tersebut akan menyebabkan efek yang sangat serius yaitu masalah gejolak atau dampak sosial kemasyarakatakan.
Produktivitas pangan menjadi sasaran yang harus ditingkatkan untuk memnuhi kebuthan pangan masyarakat. Ketahanan panagan rumah tangga yang merupakan tolak ukur ketahanan keluarga, dan merangkak menjadi ketahanan pangan masyarakat, kemudian ketahanan pangan daerah, ketahanan pangan regional serta yang terakhir adalah pemenuhan ketahanan pangan nasional.
Kegiatan-kegiatan yang mengarah pada peningkatan produksi, efisiensi usahatani dalam meningkatkan produktivtas merupakan langkah yang tepat. Kelembagaan, manajemen baik ditingkat petani, pengusaha padi maupun pengolahan hasil padi harus diintegrasikan sebagai langkah-langkah dalam upaya mengantisipasi titik-titik kritis (kritical point) sehingga tidak menyebabkan masalah untuk mendapatkan produktivitas dalam memantapkan ketahanan pangan.
Kelembagaan atau instititusi yang ikut berperan dalam siklus produksi beras harus dibereskan dengan satu gerakan agar mampu berperan optimal dalam rangka ikut mensukseskan pemenuhan beras untuk kecukupan pangan di berbagai daerah. Daerah-daerah sentra produksi harus dijadikan prioritas dalam menjalankan berbagai bergerak atau langkah sehingga lebih cepat memantapkan ketahanan pangan.
Kelembagaan Perppadi
Kelembagaan Perppadi (Perhimpunan Pengusaha Penggilingan Padi) merupakan lembaga yang harus dimantapkan ditingkat lapangan agar menjadi lembaga yang kokoh di daerah dalam menciptakan dan menghasilkan beras dalam jumlah dan kualitas yang cukup bagi kebutuhan masyarakat.
Kondisi selama ini, terlihat bahwa hal ini tidak dilakukan pembinaan secara sungguh-sungguh bahkan keberadaan Peppadi sebagai lembaga yang ikut berperan dalam upaya menciptakan ketahanan pangan belum disahkan dan didirikan diberbagai daerah. Sehingga simpul koordinasi antar penggilingan tidak pernah terjadi. Hal ini menyebabkan banyak persoalan yang dihadapi pengusaha beras terutama masalah bahan baku gabah, kualitas gabah, pemasaran dan teknologi pengolahan yang masih sangat terbatas. Hampir disetiap daerah mempunyai pengilingan, namun pengusaha penggilingan masih berjalan sendiri-sendiri dengan target dan tujuan yang berbeda-beda pula.
Kondisi ini harus dirubah dan pemikiran untuk membuat wadah perhimpunan Pengusaha Penggilingan Padi adalah langkah yang maju sebagai salah satu wadah bagi pengusaha penggilingan dalam upaya mencari solusi dan lainnya dalam upaya membawa penggilingan kearah yang lebih maju lagi.
Pembangunan agribisnis sebagai pembangunan ekonomi di daerah, merupakan kegiatan pengembangan pertanian yang luas mulai dari proses produksi sampai kepada pemasaran dan pengolahan hasil pertanian serta didukung oleh semua komponen dalam rangka mencapai tujuan yang talah ditetapkan.
Kondisi ekonomi daerah yang mengharuskan daerah untuk mampu mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk kemakmuran masyarakat, maka segala potensi harus digunakan secara optimal termasuk sumberdaya pertanian sehingga mampu menjalankan amanah UU otonomi daerah tersebut. Semua komponen masyarakat, pemerintah daerah dan para stakeholder harus ikut berpartisipasi dalam rangka mengsukseskan pembangunan otonomi di suatu daerah.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pandeglang sebagai instansi teknis yang bertanggung jawab dalam rangka mengsukseskan pembangunan otonomi dalam bidang pertanian dituntut untuk mampu memanfaatkan potensi dan peluang-peluang yang ada untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dan komparatif daerah, serta mampu memperluas spectrum kegiatan pembangunan pertanian baik dalam hal produksi pertanian, efisiensi usaha, peningkatan pemanfaatan sumberdaya pertanian, peningkatan pemanfaatan teknologi pertanian untuk produksi dan pengolahan hasil pertanian, peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan perannya dalam bidang usaha pertanian.
Kegiatan pertanian di Kabupaten Pandeglang sampai saat ini merupakan usaha masyarakat yang terbesar, karena 70% lebih masyarakat Pandeglang berdomisili di pedesaan dan 68% masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Sampai saat ini kontribusi sector pertanian terhadap PDRB Kabupaten Pandeglang masih yang terbesar dari sektor-sektor lainnya dan ini harus dipertahankan, bahkan untuk ditingkatkan.
Usaha pertanian yang sangat berpotensi besar untuk dikembangkan dimasa yang akan datang adalah subsektor pengolahan hasil pertanian khususnya bidang usaha pengolahan hasil pangan beras, hal ini ditunjang oleh bahan baku gabah yang sangat tersedia, karena sampai saat ini Kabupaten Pandeglang masih memegang predikat sebagai salah satu kontributor pangan beras terbesar untuk Propinsi Banten dan padi sebagai komoditas unggulan pertama untuk Kabupaten Pandeglang. Banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang pengolahan hasil pertanian pangan beras diberbagai wilayah di Kabupaten Pandeglang terutama diwilayah sentra produksi padi, adalah dalam upaya memanfaatkan peluang yang ada serta dalam rangka ikut membangun pembangunan pertanian di Kabupaten pandeglang dan juga untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Namun hasil pangan beras yang mereka hasilkan masih belum seragam, baik dalam jumlah maupun kualitas beras. Kualitas beras yang mereka hasilkan masih sangat memprihatikan, dan jauh dari tuntutan standar nasional. Walaupun demikian ada juga beberapa penggilingan yang sudah memenuhi standar nasional karena mereka sudah memanfaatkan fasilitas teknologi yang modern, namun masih juga ada kekurangan-kekurangan terutama dalam hal manajemen produksi, packaging, manajemen pemasaran dan lain sebagainya. Disamping itu juga rendahnya mutu gabah sehingga mempengaruhi kualitas beras yang dihasilkan.Gagasan pembentukan Perppadi ini adalah dalam upaya menyelasaikan persoalan-persoalan seperti diatas, dan mampu membawa dampak yang besar bagi perkembangan usaha perberasan Kabupaten Pandeglang.Kuatnya kelembagaan Perppadi akan sangat membantu baik petani maupu pengusaha penggilingan dalam memperbaiki tataniaga baik tataniaga gabah maupun tataniaga beras yang selama ini masih sangat rentan ketidak pastian harga terutama pada musim-musim panen raya. Kabupaten Pandeglang merupakan kontributor pangan beras terbesar terhadap Propinsi Banten yaitu mencapai 34.67%. Hampir setiap tahun Kabupaten Pandeglang bisa mencapai surplus Panen Padi. Tahun 2003 dapat surplus padi mencapai 174.556,34 Ton GKG atau setara 83.787.04 Ton Beras dan setara untuk cadangan hidup masyarakat Kabupaten Pandeglang selama ± 6 Bulan.
Pengembangan Agroindustri Beras
Sebaik sub bidang bina usaha pertanian dengan core bussines memantapkan jejaring kegiatan penambahan nilai tambah yang besar setiap kegiatan pertanian. Salah satau usaha yang terintegrasi yang sudah dirintis dan harus digolkan saat ini adalah suksesnya membawa beras Cimanuk menjadi andakan nasional dalam upaya memantapkan ketahanan pangan nasional. Diluncurkannya Beras Cimanuk Super adalah gerakan Dinas Pertanian dan Peternakan untuk mencari satu produk khas daerah yang akan digemari dan dikenal seperti halnya dengan beras pandanwangi Cianjur, Beras Slip ayam jago, dan lain sebagainya. Hal ini sudah dalam tataran persiapan dengan bermitra dalam bentuk konsorsium dengan para stake holder yang concern dalam bidang perberasan nasional. Mantapnya kelembagaan Perppadi akan menambah bargaining position daerah Pandeglang sebagai daerah penghasil beras terbesar di Propinsi Banten dan akan kuatnya sistem tataniaga beras dan gabah sehingga keberadaan Perpadi akan mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat tani dan mampu memberikan nilai tambah yang besar bagim petani dan pengusaha penggilingan itu sendiri dan akhirnyan mampu memenuhi perpintaan beras secara nasional dan dapat meningkatkan prosentase kontribusi kabupaten Pandeglang dalam upaya memantapkan ketahanan pangan nasional dan pembentukan Perppadi adalah merupakan salah-satu langkah dalam proses mewujudkan pengembangan agroindustri beras tersebut. Semoga tulisan ini akan mampu menjawab apa sebenarnya yang ingin kita buktikan pada dunia dengan keberadaan Perppadi di Kabupaten Pandeglang dan Beras Cimanuk. Tulisan ini sebagai pengantar dalam pembentukan Perppadi di daerah-daerah. Selamat bekerja semoga dengan terbentuknya Perppadi akan membawa berkah bagi kita semu
Memperdebatkan Harga Pembelian Pemerintah dalam Menstabilkan Harga Gabah
RASIM (30), petani asal Desa Karangligar di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, tak pernah menghitung secara pasti perolehan yang didapat dari kenaikan harga dasar gabah yang sudah berkali-kali berubah. Harga dasar gabah terus naik, tetapi ia merasa tetap "begini-begini saja". Tak pernah terpikir olehnya soal laju inflasi yang lebih tinggi dibanding kenaikan harga dasar gabah. Meski demikian ia bisa merasakan semuanya.Lebih enak zaman dulu, zaman presiden yang diturunkan itu. Harga gabah tidak pernah turun," ujarnya, tak menyebut nama presiden yang dimaksud. Patokannya sederhana, setiap kali harga anjlok pemerintah selalu turun tangan hingga harga gabah sesuai yang diharapkan petani. Ia merasakan betul saat Badan Urusan Logistik (Bulog) berperan menstabilkan harga.Pastilah keinginan Rasim pada zaman sekarang sulit dipenuhi. Bulog sudah tidak lagi bisa melakukan fungsi seperti pada zaman Orde Baru. Perubahan kebijakan dilakukan baik terkait dengan Dana Moneter Internasional (IMF) maupun inisiatif pemerintah menyangkut lembaga nondepartemen itu.Sejumlah kebijakan yang sebenarnya mengakibatkan Bulog kehilangan fungsinya, antara lain pembukaan monopoli impor beras yang selama itu dipegang Bulog dan tidak adanya dana murah yang dulu disebut Kredit Likuiditas Bank Indo-nesia (KLBI). Perubahan itu terkait dengan liberalisasi perdagangan dan independensi Bank Indonesia (BI).Sejak saat itu, Bulog nyaris tidak bisa berbuat banyak. Perdagangan beras dalam negeri telah diserahkan ke pasar. Keluhan soal rendahnya harga gabah muncul di mana-mana. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada tahun 2000 sebanyak 47,96 persen dari 4.825 observasi yang dilakukan menujukkan harga gabah di bawah atau sama dengan harga dasar.Upaya yang dilakukan pemerintah, seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pertanian Bungaran Saragih adalah menghapus harga dasar gabah (floor price policy) dengan harga pembelian pemerintah (procurement price policy). Kebijakan baru ini masih dikaji dengan berbagai pihak seperti Departemen Pertanian, Bulog, dan perguruan tinggi. Penerapannya direncanakan tahun depan.Nantinya, pemerintah menetapkan harga dan jumlah pembelian beras dalam setahun. Secara politis, Bulog tidak lagi mempunyai kewajiban untuk menstabilkan harga. Meski demikian, diharapkan pembelian oleh pemerintah mendorong agar harga gabah stabil.Kepala Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian Ahmad Suryana dalam sebuah diskusi beberapa waktu yang lalu, melontarkan pemikiran soal harga pembelian pemerintah itu. Ia mengungkapkan berbagai permasalahan yang dihadapi pemerintah di masa depan, antara lain terbatasnya dana pemerintah untuk menyerap kelebihan produksi terutama pada saat panen raya sementara Bulog harus beroperasi dengan dana komersial dalam melakukan pembelian gabah. Melihat itu, kebijakan harga dasar gabah disimpulkan sudah tidak layak. Insulasi pasar beras domestik dari pasar internasional tidak mungkin dilakukan sehingga penetapan harga dasar malah akan menopang harga beras di negara pengekspor seperti Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Penetapan harga dasar menjadi keharusan pemerintah untuk membeli gabah petani manakala harga gabah terus merosot.Penumpukan gabah atau beras yang sangat besar itu tidak efisen dan tidak menguntungkan karena menjadi beban pembiayaan yang tinggi. Beras yang menumpuk sulit disalurkan karena tidak ada lagi captive market yang dulu disebut golongan anggaran yaitu pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI dan Polri.
"Alternatif kebijakan harga beras yang diharapkan pemerintah mampu mengangkat harga gabah petani pada panen raya melalui mekanisme pasar adalah kebijakan harga pembelian pemerintah," kata Achmad Suryana. Kelebihan dan kekurangan kebijakan harga dasar gabah dan harga pembelian pemerintah bisa dilihat di dalam tabel. Dalam kebijakan harga pembelian pemerintah, kewajiban pemerintah adalah membeli sejumlah volume gabah atau beras pada musim panen dengan harga yang telah ditentukan dengan harapan dapat menyerap sebagian dari kelebihan pasokan sehingga harga gabah tidak terperosok. Achmad Suryana menyebutkan, kebijakan harga pembelian pemerintah dapat dipandang sebagai kebijakan peralihan menuju perdagangan bebas karena pemerintah dapat mengatur vo-lume pembelian gabah yang akan dilakukan. Sejalan dengan otonomi daerah maka volume gabah atau beras yang harus dibeli pemerintah semakin kecil. Pemerintah daerah diharapkan bisa membentuk sistem ketahanan pangan. Waktu yang diperlukan dari saat diberlakukannya kebijakan harga pembelian pemerintah sampai dengan waktu yang direncanakan memasuki perdagangan bebas, dapat dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing produksi beras nasional. MENANGGAPI usulan harga dasar pemerintah, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Bustanul Arifin mengatakan, pembenahan kebijakan harga gabah atau beras tidak bisa parsial. "Untuk itu tidak cukup dengan harga pembelian pemerintah saja, tetapi juga perbaikan komprehensif hingga masalah pergudangan," katanya. Kebijakan itu tetap membutuhkan price support yang sangat sulit bila hanya mengandalkan perbankan murni. Bustanul Arifin menolak anggapan bila setelah masa peralihan, yang menggunakan harga pembelian pemerintah, beras bisa menuju pasar bebas. Menurut dia, beras tidak bisa begitu saja dilepas pada mekanisme pasar apalagi menyangkut komoditas strategis. Menurut Bustanul, beras yang ada di pasar adalah 20 persen dari total produksi. Sebanyak 80 persen digunakan oleh petani sebagai produsen untuk konsumsi. Dengan jumlah itu maka produk ini mudah sekali dipermainkan oleh orang-orang tertentu. Perdagangan beras dikuasai orang-orang tertentu. Apalagi tidak sedikit pemain lama yang notabene eks rekanan Bulog yang memahami betul perdagangan beras. Bustanul setuju bila perubahan mendasar dimulai dengan membuat lumbung lokal yang sejalan dengan otonomi daerah. Aparat di daerah bersama dengan pelaku usaha dan perbankan setempat memikirkan ketahanan pangan lokal. Pembuatan lumbung lokal lebih efisien sehingga bisa mengurangi biaya seperti dalam penanganan pascapanen, pergudangan, dan distribusi. Selain itu, kebutuhan riil daerah mudah diketahui. "Selama ini Bulog sangat sentralistik. Nantinya, Bulog cukup menjadi partner dalam pengelolaan lumbung," katanya. Sejalan dengan itu maka peran Dolog dan Sub-Dolog lebih baik bila diarahkan untuk menunjang lumbung lokal itu. Lembaga itu memiliki sarana pergudangan dan distribusi yang memadai. Sedangkan anggota Komisi III DPR Imam Churmen menilai, pemberlakuan harga pembelian pemerintah mengarah pada menyerahkan perdagangan gabah pada mekanisme pasar. "De-ngan pemberlakukan kebijakan harga itu, pemerintah harus menjamin petani tetap mendapatkan keuntungan dari usaha tani," katanya. Bila pemberlakuan kebijakan itu tidak memberi keuntungan pada petani maka hal yang membahayakan, di mata Imam Churmen, adalah larinya petani dari usaha tani padi. Mereka memilih menanam tanaman lain yang lebih menguntungkan karena pemerintah tidak lagi memberi insentif bagi usaha tani padi. "Ini memungkinkan karena petani diperkenankan untuk bercocok tanam sesuai dengan kemauan mereka," katanya. Selama ini petani banyak dituntut kewajibannya, tetapi tidak pernah mendapatkan haknya. Untuk itu, kebijakan harga pembelian pemerintah harus diikuti dengan kebijakan lainnya seperti jaminan ketersediaan sarana produksi pertanian. Imam Churmen menyebutkan, selama ini petani mempermasalahkan sarana produksi pertanian yang tidak pernah terjamin ketersediaannya. Pupuk menjadi contoh dalam problem ini. Pupuk dipermainkan oleh banyak pihak hingga kerap kali langka. Akibatnya, petani harus menerima pupuk dengan harga yang tak terkendali. Lebih penting lagi, Imam berharap pemerintah bisa melakukan sosialisasi kebijakan harga pembelian pemerintah itu yang diikuti dengan sarana pendukung lainnya. Sekali lagi, pemerintah harus benar-benar mempersiapkan setiap kebijakan yang dikeluarkan agar tidak menjadi bulan-bulanan publik. Apalagi menyangkut petani! (Andreas Maryoto)
Sinergi Kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP)
Oleh: Rachmat Pambudy
Keputusan pemerintah menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras kembali menunjukkan keseriusan memacu pembangunan pertanian di Indonesia. Hal ini memberikan harapan baru bagi kita, khususnya para petani dalam upaya melaksanakan pemberdayaan para petani serta upaya mewujudkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Melalui Inpres No 3/2007, pemerintah memutuskan menaikkan harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp2.000 per kg, gabah kering giling (GKG) Rp2.575 per kg,dan beras Rp4.000 per kg. Ditinjau dari segi biaya produksi, HPP tersebut dapat dikatakan akan memberikan keuntungan bagi petani dengan catatan produktivitas minimal mencapai 4,5 ton per ha dan harga input pertanian tidak mengalami kenaikan. Setidaknya, kebijakan ini sesuai dengan kondisi perberasan terakhir dengan harga yang cenderung naik akibat kelangkaan beras. Selain penyesuaian HPP, pemerintah juga diharapkan tetap perlu mempertahankan insentif harga beras bagi petani. Insentif harga ini akan mendorong peningkatan produksi dalam negeri yang mantap dan berkesinambungan dan akan meningkatkan peredaran uang di wilayah pedesaan/pertanian, yang selanjutnya akan memperluas lapangan pekerjaan (yang saat ini menjadi salah satu permasalahan mendasar dalam perekonomian nasional) dan kesempatan usaha agribisnis, serta akan menggairahkan perekonomian pedesaan secara keseluruhan. Namun, kenaikan HPP dikhawatirkan akan segera diikuti oleh kenaikan harga input pertanian, serta hargaharga lain seperti transportasi, tenaga kerja pertanian, dan biaya hidup petani itu sendiri. Oleh karena itu, kembali diperlukan peran pemerintah dalam menjaga kestabilan harga input pertanian. Kebijakan harga dengan kenaikan HPP ini juga harus disertai dengan kebijakan lain yang bersifat nonharga yang dapat membantu petani meningkatkan produksi dan produktivitasnya. Perlu pengaturan lebih lanjut mengenai bantuan pemberian benih unggul, distribusi pupuk sehingga petani dapat memperolehnya sesuai dengan kaidah tepat jumlah, jenis,waktu,mutu,dan harga. Selain itu, pada sektor riil pertanian,perlu dipercepat bantuan permodalan bagi petani.
Permasalahan Mendasar
Sampai saat ini masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk memperbaiki kondisi pertanian. Beberapa permasalahan mendasar yang masih harus kita selesaikan antara lain kualitas sumber daya manusia pertanian, kemiskinan, penurunan luas lahan pertanian akibat berbagai tekanan pembangunan lain, kepemilikan lahan oleh rumah tangga pertanian yang semakin sempit, infrastruktur pertanian serta masalah lain yang berhubungan dengan faktor produksi. Telah kita ketahui bahwa sebagian besar petani Indonesia masih rendah kualitasnya dibandingkan dengan sektor lain. Sekitar 80% petani Indonesia memiliki tingkat pendidikan formal hanya sampai tamat SD, tidak tamat SD, bahkan tidak sekolah sama sekali. Dengan kualitas sumber daya demikian, diperlukan usaha keras tidak mengenal lelah untuk memberikan perubahan atau mengenalkan inovasi kepada mereka. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui penyuluhan pertanian.
Penurunan luas lahan pertanian dan sempitnya kepemilikan lahan pertanian oleh rumah tangga pertanian masih menjadi masalah mendasar bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Kondisi saat ini, rata-rata luas lahan petani semakin menurun. Kepemilikan lahan semakin menurun hingga 0,3 ha. Sementara itu, untuk dapat memberikan penghasilan yang normal bagi petani, setidaknya harus memiliki sekitar dua ha. Infrastruktur, terutama jaringan irigasi, juga masih menjadi masalah dalam upaya mendukung pertanian Indonesia. Masalah lain dalam pertanian tanaman pangan adalah faktor produksi antara lain permodalan,kelangkaan pupuk pada saat dibutuhkan, teknologi produksi maupun pascapanen yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas. Sementara itu, masalah kelangkaan pupuk seperti menjadi tradisi. Pada saat musim tanam,masih sering terjadi kelangkaan pupuk.Sedangkan pada tingkat petani, aplikasi pupuk masih banyak mengandalkan penggunaan urea saja. Penggunaan pupuk berimbang sesuai anjuran belum menjadi kebiasaan sehingga produksi tidak optimal. Pada akhirnya, berbagai permasalahan tersebut bermuara pada ketersediaan pangan yang berimplikasi pada ketahanan pangan nasional kita. Oleh karena itu, yang kita butuhkan bukan hanya satu kebijakan parsial saja,namun sinergi beberapa kebijakan, yaitu setiap kebijakan yang diambil diarahkan agar petani mau dan mampu berproduksi padi dengan baik dan menguntungkan. Sementara itu, dari sisi konsumen juga dibuat kebijakan yang memungkinkan penduduk kurang mampu dapat mengakses pangan pokoknya dan secara agregat harga beras tidak mendorong terciptanya tingkat inflasi yang tinggi. Sinergi Kebijakan
Pada hakikatnya, tujuan umum kebijakan perberasan tersebut adalah; pertama, merangsang petani meningkatkan produksi dan produktivitasnya melalui insentif harga input pertanian dan insentif harga gabah dan beras. Kedua, merangsang timbulnya industri pengolahan perberasan melalui penetapan harga dasar pembelian pemerintah serta mendorong upaya diversifikasi kegiatan ekonomi petani dalam rangka meningkatkan pendapatan petani. Ketiga, kebijakan harga beras di konsumen perlu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mendorong diversifikasi pangan, tapi tidak mendorong terjadinya moral hazard seperti penyelundupan/ penimbunan,dan mempertimbangkan daya beli konsumen agar tidak menimbulkan inflasi. Karena itu, kebijakan agribisnis perberasan harus dibuat dengan baik dan harus selalu mempertimbangkan keberhasilan implementasinya sehingga peningkatan produksinya dapat selalu terjaga dan berkesinambungan agar sekaligus dapat menjaga kepentingan konsumen. Kebijakan mikroekonomi yang dilaksanakan pemerintah berpengaruh dan menentukan langsung terhadap peningkatan produksi padi usaha tani petani, yang secara garis besar kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kebijakan harga output (output-pricing policy) seperti penetapan HPP melalui Inpres atau kebijakan harga input (input-pricing policy) seperti kebijakan subsidi sarana produksi pupuk, benih, kredit atau kebijakan nonharga (non-pricing policy) seperti pengembangan waduk, infrastruktur pengairan, jalan desa, penelitian, penyuluhan, dan irigasi atau pengembangan benih unggul besertifikat atau lainnya. Dukungan kebijakan makroekonomi yang bersahabat dengan agribisnis beras dan kebijakan perdagangan yang bersifat proteksi sekaligus mampu mempromosi agribisnis beras nasional juga sangat diperlukan. Dengan demikian, dalam rangka memberikan solusi permasalahan tersebut diperlukan sinergi dari berbagai kebijakan dan bukan hanya sekadar kebijakan harga seperti HPP gabah dan beras.
Padi
Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang disebut padi liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. |
Produksi padi dan perdagangan dunia
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam (15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14% dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).Produksi padi Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan III), meleset dari target semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan gejala ENSO.
Biologi
Ciri-ciri umum
Padi tumbuh di sawah.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau Glumiflorae). Sejumlah ciri suku (familia) ini juga menjadi ciri padi, misalnya
- berakar serabut,
- daun berbentuk lanset (sempit memanjang),
- urat daun sejajar,
- memiliki pelepah daun,
- bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa floret,
- floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret,
- buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (Ing. grain) atau kariopsis.
Penyebaran dan Adaptasi
Padi tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek. Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa. Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya, dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan oksigen ke bagian akar
Reproduksi
Setiap bunga padi memiliki enam kepala sari (anther) dan kepala putik (stigma) bercabang dua berbentuk sikat botol. Kedua organ seksual ini umumnya siap reproduksi dalam waktu yang bersamaan. Kepala sari kadang-kadang keluar dari palea dan lemma jika telah masak.
Dari segi reproduksi, padi merupakan tanaman berpenyerbukan sendiri, karena 95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang sama.
Setelah pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio dan inti polar menjadi endospermia. Pada akhir perkembangan, sebagian besar bulir padi mengadung pati di bagian endospermia. Bagi tanaman muda, pati berfungsi sebagai cadangan makanan. Bagi manusia, pati dimanfaatkan sebagai sumber gizi.
Genetika dan pemuliaan
Satu set genom padi terdiri dari 12 kromosom. Karena padi adalah tanaman diploid, maka setiap sel padi memiliki 12 pasang kromosom (kecuali sel seksual). Padi merupakan organisme model dalam kajian genetika tumbuhan karena dua alasan: kepentingannya bagi umat manusia dan ukuran kromosom yang relatif kecil, yaitu 1.6~2.3 × 108 pasangan basa (base pairs, bp) (Sumber: situs Gramene.org). Sebagai tanaman model, genom padi telah disekuensing, seperti juga genom manusia. Hasil sekuensing genom padi dapat dilihat di situs NCBI. Pemuliaan padi telah berlangsung sejak manusia membudidayakan padi. Dari hasil tindakan ini orang mengenal berbagai macam ras lokal padi, seperti rajalele dari Klaten atau cianjur pandanwangi dari Cianjur. Orang juga berhasil mengembangkan padi lahan kering (padi gogo) yang tidak memerlukan penggenangan atau padi rawa, yang mampu beradaptasi terhadap kedalaman air rawa yang berubah-ubah. Di negara lain dikembangkan pula berbagai tipe padi (lihat bagian Keanekaragaman padi). Namun demikian, pemuliaan padi secara sistematis baru dilakukan sejak didirikannya IRRI di Filipina. Sejak saat itu, berbagai macam tipe padi dengan kualitas berbeda-beda berhasil dikembangkan secara terencana untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Padaa tahun 1960-an pemuliaan padi diarahkan sepenuhnya pada peningkatan hasil. Hasilnya adalah padi 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia diadaptasi menjadi 'PB5' dan 'PB8'). Walaupun hasilnya tinggi tetapi banyak petani menolak karena rasanya tidak enak (pera). Selain itu, terjadi wabah hama wereng coklat pada tahun 1970-an. Puluhan ribu persilangan kemudian dilanjutkan untuk menghasilkan kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap berbagai hama dan penyakit padi. Pada tahun 1984 Indonesia pernah meraih penghargaan dari PBB (FAO) karena berhasil meningkatkan produksi padi hingga dalam waktu 20 tahun dapat berubah dari pengimpor padi terbesar dunia menjadi negara swasembada beras. Prestasi ini, sayangnya, tidak dapat dilanjutkan. Saat ini Indonesia kembali menjadi pengimpor padi terbesar di dunia. Hadirnya bioteknologi dan rekayasa genetika pada tahun 1980-an memungkinkan perbaikan kualitas nasi. Sejumlah tim peneliti di Swiss mengembangkan padi transgenik yang mampu memproduksi toksin bagi hama pemakan bulir padi dengan harapan menurunkan penggunaan pestisida. IRRI, bekerja sama dengan beberapa lembaga lain, merakit "padi emas" (golden rice) yang dapat menghasilkan pro-vitamin A pada berasnya, yang diarahkan bagi pengentasan defisiensi vitamin A di berbagai negara berkembang. Suatu tim peneliti dari Jepang juga mengembangkan padi yang menghasilkan toksin bagi bakteri kolera[1]. Diharapkan beras yang dihasilkan padi ini dapat menjadi alternatif imunisasi kolera, terutama di negara-negara berkembang. Sejak penghujung abad ke-20 dikembangkan padi hibrida, yang memiliki potensi hasil lebih tinggi. Karena biaya pembuatannya tinggi, kultivar jenis ini dijual dengan harga lebih mahal daripada kultivar padi yang dirakit dengan metode lain. Selain perbaikan potensi hasil, sasaran pemuliaan padi mencakup pula tanaman yang lebih tahan terhadap berbagai organisme pengganggu tanaman (OPT) dan tekanan (stres) abiotik (seperti kekeringan, salinitas, dan tanah masam). Pemuliaan yang diarahkan pada peningkatan kualitas nasi juga dilakukan, misalnya dengan perakitan kultivar mengandung karoten (provitamin A).
Keanekaragaman
Keanekaragaman botanis
Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan manusia: Oryza sativa yang berasal dari daerah hulu sungai di kaki Pegunungan Himalaya (India dan Tibet/Tiongkok) dan O. glaberrima yang berasal dari Afrika Barat (hulu Sungai Niger). O. sativa terdiri dari dua varietas, indica dan japonica (sinonim sinica). Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung panjang. Varietas indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-"bulu" atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua varietas dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan varietas japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa dan varietas indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal pula sekelompok padi yang tergolong varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua varietas utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Budidaya padi yang telah berlangsung lama telah menghasilkan berbagai macam jenis padi akibat seleksi dan pemuliaan yang dilakukan orang.
Padi gogo
Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah. Di Lombok dikembangkan sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga hasil padi meningkat.
Padi rawa
Padi rawa atau padi pasang surut dikembangkan oleh masyarakat yang tinggal di rawa-rawa Kalimantan. Padi rawa mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat mengikuti ayunan kedalaman air.
Jenis-jenis padi di pasaran
Padi pera
Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. Penggolongan ini terutama dilihat dari konsistensi nasinya.
Ketan
Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya. Patinya didominasi oleh amilopektin, sehingga jika ditanak sangat lekat.
Padi wangi
Padi wangi atau harum (aromatic rice) dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang terkenal adalah ras 'Cianjur Pandanwangi' (sekarang telah menjadi kultivar unggul) dan 'rajalele'. Kedua kultivar ini adalah varietas javanica yang berumur panjang. Di luar negeri orang mengenal padi biji panjang (long grain), padi biji pendek (short grain), risotto, padi susu umumnya menggunakan metode silsilah. Salah satu tahap terpenting dalam pemuliaan padi adalah dirilisnya kultivar 'IR5' dan 'IR8', yang merupakan padi pertama yang berumur pendek namun berpotensi hasil tinggi. Ini adalah awal revolusi hijau dalam budidaya padi. Berbagai kultivar padi berikutnya umumnya memiliki 'darah' kedua kultivar perintis tadi.
Aspek budidaya
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bercocok tanam padi
Teknik budidaya padi telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi.
- Budidaya padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah Sungai Yangtse di Tiongkok.
- Budidaya padi lahan kering, dikenal manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.
- Budidaya padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan.
- Budidaya gogo rancah atau disingkat gora, yang merupakan modifikasi dari budidaya lahan kering. Sistem ini sukses diterapkan di Pulau Lombok, yang hanya memiliki musim hujan singkat.
Setiap sistem budidaya memerlukan kultivar yang adaptif untuk masing-masing sistem. Kelompok kultivar padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo. Secara ringkas, bercocok tanam padi mencakup persemaian, pemindahan atau penanaman, pemeliharaan (termasuk pengairan, penyiangan, perlindungan tanaman, serta pemupukan), dan panen. Aspek lain yang penting namun bukan termasuk dalam rangkaian bercocok tanam padi adalah pemilihan kultivar, pemrosesan biji dan penyimpanan biji.
Hama dan penyakit
Hama-hama penting
- Penggerek batang padi putih ("sundep", Scirpophaga innotata)
- Penggerek batang padi kuning ("beluk", S. incertulas)
- Wereng coklat (Nilaparvata lugens)
- Wereng hijau
- Lembing hijau (Nezara viridula)
- Walang sangit (Leptocorisa acuta)
- Ganjur
- Lalat bibit
- Ulat grayak
- Tikus sawah
Penyakit-penyakit penting
- blas (Pyricularia oryzae, P. grisea)
- hawar daun bakteri ("kresek", Xanthomonas oryzae pv. oryzae)
Pengolahan gabah menjadi nasi
Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi. Pemisahan dilakukan dengan memukulkan seikat padi sehingga gabah terlepas atau dengan bantuan mesin pemisah gabah.
Gabah yang terlepas lalu dikumpulkan dan dijemur. Pada zaman dulu, gabah tidak dipisahkan lebih dulu dari jerami, dan dijemur bersama dengan merangnya. Penjemuran biasanya memakan waktu tiga sampai tujuh hari, tergantung kecerahan penyinaran matahari. Penggunaan mesin pengering jarang dilakukan. Istilah "Gabah Kering Giling" (GKG) mengacu pada gabah yang telah dikeringkan dan siap untuk digiling. (Lihat pranala luar). Gabah merupakan bentuk penjualan produk padi untuk keperluan ekspor atau perdagangan partai besar.
Gabah yang telah kering disimpan atau langsung ditumbuk/digiling, sehingga beras terpisah dari sekam (kulit gabah). Beras merupakan bentuk olahan yang dijual pada tingkat konsumen. Hasil sampingan yang diperoleh dari pemisahan ini adalah:
- sekam (atau merang), yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
- bekatul, yakni serbuk kulit ari beras; digunakan sebagai bahan makanan ternak, dan
- dedak, campuran bekatul kasar dengan serpihan sekam yang kecil-kecil; untuk makanan ternak.
Beras dapat dikukus atau ditim agar menjadi nasi yang siap dimakan. Beras atau ketan yang ditim dengan air berlebih akan menjadi bubur. Pengukusan beras dapat juga dilakukan dengan pembungkus, misalnya dengan anyaman daun kelapa muda menjadi ketupat, dengan daun pisang menjadi lontong, atau dengan bumbung bambu yang disebut lemang (biasanya dengan santan). Beras juga dapat diolah menjadi minuman penyegar (beras kencur) atau obat balur untuk mengurangi rasa pegal (param).
Aspek budaya dan bahasa
Padi merupakan bagian penting dalam budaya masyarakat Asia Tenggara dan Asia Timur. Masyarakat setempat mengenal filosofi ilmu padi. Sejumlah peribahasa juga melibatkan padi, misalnya
Beras
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ketan beralih ke sini.
Beras
Kata "beras" mengacu pada bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi)dan 'lemma' (bagian yang menutupi).
Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.
Beras dari padi ketan disebut ketan.
Anatomi beras
Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari
- aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,
- endospermia, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan
- embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras.
Kandungan beras
Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air.
Pati beras dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
·amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang
·amilopektin, pati dengan struktur bercabang.
Komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera).
Macam dan warna beras
Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia.
Beras "biasa" yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras.
Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu.
Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam.
Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin.
Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam.
Beberapa jenis beras mengeluarkan aroma wangi bila ditanak (misalnya 'Cianjur Pandanwangi' atau 'Rajalele'). Bau ini disebabkan beras melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek wangi. Sifat ini diatur secara genetik dan menjadi objek rekayasa genetika beras.
Aspek pangan
Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia. Selain itu, beras merupakan komponen penting beras kencur dan param. Minuman yang populer dari olahan beras adalah arak dan Air tajin.
Dalam bidang industri pangan, beras diolah menjadi tepung beras. Sosohan beras (lapisan aleuron), yang memiliki kandungan gizi tinggi, diolah menjadi tepung rice bran. Bagian embrio juga diolah menjadi suplemen dengan sebutan tepung mata beras.
Untuk kepentingan diet, beras dijadikan sebagai salah satu sumber pangan bebas gluten dalam bentuk berondong.
Di antara berbagai jenis beras yang ada di Indonesia, beras yang bewarna merah atau beras merah diyakini memiliki khasiat sebagai obat. Beras merah yang telah dikenal sejak tahun 2800 SM ini, oleh para tabib saat itu dipercaya memiliki nilai nilai medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Meski, dibandingkan dengan beras putih, kandungan karbohidrat beras merah lebih rendah (78,9 gr : 75,7 gr), tetapi hasil analisis Nio (1992) menunjukkan nilai energi yang dihasilkan beras merah justru di atas beras putih (349 kal : 353 kal). Selain lebih kaya protein (6,8 gr : 8,2 gr), hal tersebut mungkin disebabkan kandungan tiaminnya yang lebih tinggi (0,12 mg 0,31 mg.
Kekurangan tiamin bisa mengganggu sistem saraf dan jantung, dalam keadaan berat dinamakan beri-beri, dengan gejala awal nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, sembelit, mudah lelah, sernutan, jantung berdebar, dan refleks berkurang. Unsur gizi lain yang terdapat pada beras merah adalah fosfor (243 mg per 100 gr bahan). Dan selenium. Selenium merupakan elemen kelumit (trace element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase.
Enzim ini berperan sebagai katalisator dalam pemecahan, peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik-peroksida dapat berubah menjadi radikal bebas yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh dalam membran sel hingga merusak membran tersebut, menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Karena kemampuannya itulah banyak pakar mengatakan bahan ini mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain
[sunting] Aspek budaya dan bahasa
Beras merupakan bagian integral, dapat dikatakan menjadi penciri dari budaya Austronesia, khususnya Austronesia bagian barat. Istilah Austronesia lebih merupakan istilah yang mengacu pada aspek kebahasaan (linguistik).
Pembedaan padi, gabah, merang, jerami, beras, nasi, atau ketan, merupakan salah satu ciri melekatnya "budaya padi" pada masyarakat pengguna keluarga bahasa Austronesia, dan dengan demikian juga bagian dari budaya Austronesia.
Sejumlah relief pada candi-candi di Jawa juga memperlihatkan aspek "budaya padi" pada masyarakat setempat pada masa itu.
Nasi
Nasi putih
Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealia lain) yang telah direbus (dan ditanak). Proses perebusan beras dikenal juga sebagai 'tim'. Penanakan diperlukan untuk membangkitkan aroma nasi dan membuatnya lebih lunak tetapi tetap terjaga konsistensinya. Pembuatan nasi dengan air berlebih dalam proses perebusannya akan menghasilkan bubur.
Warna nasi yang telah masak (tanak) berbeda-beda tergantung dari jenis beras yang digunakan. Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna berasnya. Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan lengket. Ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa dan hampir semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Beras Jepang (japonica) untuk sushi mengandung kadar amilosa sekitar 12-15% sehingga nasinya lebih lengket daripada nasi yang dikonsumsi di Asia Tropika, yang kadar amilosanya sekitar 20%. Pada umumnya, beras dengan kadar amilosa lebih dari 24% akan menghasilkan nasi yang 'pera' (tidak lekat, keras, dan mudah terpisah-pisah).
Nasi dimakan oleh sebagian besar penduduk Asia sebagai sumber karbohidrat utama dalam menu sehari-hari. Nasi sebagai makanan pokok biasanya dihidangkan bersama lauk sebagai pelengkap rasa dan juga melengkapi kebutuhan gizi seseorang. Nasi dapat diolah lagi bersama bahan makanan lain menjadi masakan baru, seperti pada nasi goreng, nasi kuning atau nasi kebuli. Nasi bisa dikatakan makanan pokok bagi masyarakat di Asia, khususnya Asia Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar